LDII dan FKUB Dorong Penguatan Kerukunan Antarumat Beragama saat Silaturahmi ke Keuskupan Agung Jakarta

Jakarta (12/12). Pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi DKI Jakarta menggelar kunjungan dan silaturahmi ke Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) di Gereja Katedral, Sawah Besar, Jakarta Pusat, pada Kamis, 11 Desember 2025.

Rombongan disambut langsung oleh Uskup KAJ, Kardinal Ignatius Suharyo. Dalam pertemuan tersebut, Kardinal Suharyo menguraikan pesan sejarah serta makna simbolik kerukunan, termasuk keberadaan Terowongan Silaturahmi Katedral–Istiqlal yang selama ini menjadi simbol persatuan dan ruang edukasi keberagaman.

Ketua FKUB DKI Jakarta, KH. Yusuf Aman, menegaskan bahwa keberagaman merupakan anugerah yang harus dijaga melalui interaksi yang sehat dan keteladanan di tengah masyarakat. Ia mengajak seluruh relawan kerukunan untuk menjadi teladan akhlak dan harmoni bagi warga Jakarta.

Menurutnya, keberagaman bukan hanya realitas sosial, tetapi juga modal penting dalam membangun persatuan di ibu kota.

Dalam kesempatan yang sama, anggota FKUB Kota Jakarta Pusat yang juga Sekretaris DPW LDII Provinsi DKI Jakarta, Sukarjan, menekankan bahwa LDII menyambut baik kegiatan silaturahmi lintas agama tersebut.

“Silaturahim seperti ini perlu terus dilakukan agar tercipta hubungan yang semakin harmonis di antara umat beragama,” ujarnya.

Sukarjan mengajak agar kerja sama dapat diwujudkan melalui berbagai kegiatan sosial dan kemanusiaan, bahkan berharap ke depan umat Katolik juga berkunjung balik ke umat Islam.

Kegiatan tersebut juga menjadi ruang edukasi mengenai sejarah panjang kehadiran Gereja Katolik di Jakarta.

Dalam sesi pengantar kunjungan, dipaparkan kronologi lengkap perkembangan Gereja Katolik di wilayah Betawi, mulai dari kontak dengan Portugis pada abad ke-16 hingga terbentuknya struktur keuskupan modern.

Pemahaman sejarah ini menjadi salah satu aspek penting dalam memperkuat penghargaan terhadap keberagaman. Sejarah mencatat bahwa komunitas Katolik telah hadir di Jakarta sejak tahun 1522 melalui interaksi dengan Portugis di Sunda Kalapa.

Masa larangan pada era VOC membuat umat Katolik beribadah secara sembunyi-sembunyi, hingga akhirnya memasuki babak baru saat Inggris membuka kembali ruang kebebasan beragama pada awal abad ke-19.

Momentum itu melahirkan Paroki pertama di Batavia pada tahun 1819, yang kini dikenal sebagai Gereja Katedral Jakarta.

Perkembangan Gereja Katolik di Jakarta berlanjut pada abad ke-20 dengan pembentukan Prefektur Apostolik Batavia (1893) hingga peningkatan status menjadi Vikariat Apostolik (1903).

Gereja berkembang melalui pendirian sekolah, karya sosial, serta pembukaan paroki-paroki baru di berbagai kawasan Jakarta.

Setelah kemerdekaan, Vatikan meresmikan Keuskupan Agung Jakarta pada 1961, menjadikan wilayah ini sebagai pusat pelayanan Katolik terbesar di Indonesia.

Dalam era modern, Gereja Katolik Jakarta terus memperkuat identitasnya sebagai Gereja perkotaan yang multikultural. Fokus pelayanan diarahkan pada dialog lintas agama, keadilan sosial, pendidikan, serta aksi-aksi kemanusiaan.

Kardinal Ignatius Suharyo, sebagai Uskup Agung Jakarta masa kini, menegaskan pentingnya tanggung jawab sosial setiap agama dalam menciptakan kehidupan bersama yang rukun dan manusiawi.

Silaturahmi antara FKUB DKI Jakarta dan Keuskupan Agung Jakarta ini menegaskan bahwa kerukunan tidak hanya dibangun melalui seremonial, tetapi melalui kesediaan saling memahami, berbagi ruang, dan bekerja bersama.

LDII, melalui keterlibatan aktif dalam FKUB, menekankan komitmennya untuk terus memperkuat dialog lintas agama demi menjaga persatuan dan kedamaian di Kota Jakarta yang majemuk. (*)

Related posts

Leave a Comment